Benteng Pendem

Jumat, 28 Januari 2022

Panduan Singkat Pembangunan Pedestrian Kawasan (Studi Kasus : Benteng Pendem)

Pedestrian di Kawasan Benteng Pendem adalah jalan yang dapat dikategorikan sebagai jalan dengan fungsi lokal Kawasan Benteng Pendem, Baik yang berada di dalam kawasan maupun di sekitarnya. 

Arti fungsi lokal Kawasan Benteng Pendem yaitu :

  1. Sebagai penghubung antar Bangunan yang berada di Benteng 
  2. Sebagai penghubung kawasan dan akses di area tanggul benteng
  3. Penghubung antara dari luar area kawasan ke kawasan

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pedestrian Kawasan baru antara lain :

  1. trase jalan mudah untuk dibuat
  2. pekerjaan tanahnya relatif cepat dan murah
  3. tidak banyak bangunan tambahan (jembatan, gorong-gorong, dll)
  4. pembebasan pohon di sekitar kawasan  tidak sulit
  5. tidak akan merusak lingkungan dan yang perlu diperhatikan dalam peningkatan jalan lama antara lain :
  6. lokasi memungkinkan untuk pelebaran jalan
  7. geometri jalan harus disesuaikan dengan syarat teknis
  8. tanjakan yang melewati batas harus diubah sesuai syarat teknis
  9. sistem drainase dan pekerjaan tanah tidak akan merusak lingkunga
Pada petunjuk pelaksanaan pembangunan prasarana pedesaan, asas pemilihan teknologi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  1. Menggunakan tenaga kerja setempat dengan jumlah yang banyak.
  2. Mengutamakan penggunaan bahan setempat.
  3. Membangun prasarana yang sederhana, agar dapat dikerjakan oleh masyarakat setempat tanpa mendatangkan tenaga ahli atau peralatan dari luar.
  4. Membangun prasarana yang bermutu, sesuai dengan spesifikasi dan penjelasan yang ada dibuku Petunjuk Teknis.
  5. Mencari harga yang relative murah,agar dapat membangun prasarana yang lebih banyak, mengingat kebutuhan prasarana jauh diatas biaya yang tersedia.
  6. Aparat PPK tidak terpaku pada standar yang ada di buku petunjuk teknis, namun dapat dan berhak untuk memilih teknologi lain dengan catatan masih sesuai dengan kriteria PPK.
  7. Larangan yang ada pada petunjuk teknis diperuntukkan untuk masalah yang dianggap kurang sesuai dengan criteria, terlalu mewah, yang diluar kemampuan. Contohnya adalah batasan-batasan dalam pengunaan jembatan beton atau permukaan aspal saja.
  8. Masukan teknis dapat diterima dari banyak sumber termasuk konsultan pendamping, koordinator wilayah, konsultan inti, aparat proyek maupun dari uar.

Pembangunan pedestrian di Kawasan Benteng Pendem selain perlu memperhatikan aspek teknis konstruksi jalan, juga perlu memperhatikan aspek konservasi tanah mengingat kondisi wilayah dengan topografi yang berbukit dan tanah yang peka erosi.

Dari hasil survey lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang berasal dari jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan. Tujuan dari pengendalian erosi pada jalan adalah untuk mengamankan jalan dan membangun jalan yang tidak menjadi sumber erosi.

Pemilihan trase jalan untuk mengurangi masalah lingkungan perlu dilakukan misalnya dengan mengurangi galian dan timbunan bilamana mungkin. Alasanya karena tidak mungkin di daerah perbukitan menghilangkan masalah erosi dengan pemilihan trase (misal dengan pemindahan trase atau mengurangi tanjakan).

Contoh solusi untuk kawasan perbukitan dalam hal pengendalian erosi misalnya dengan pembangunan tembok penahan tanah dan bronjong atau penanaman bahan-bahan vegetatif untuk menstabilkan lereng atau mengurangi erosi alur kecil (erosi percik)

STANDAR TEKNIS JALAN KAWASAN

Pertimbangan Drainase

Drainase diperlukan karena air mempunyai pengaruh yang buruk untuk jalan, antara lain yaitu :

  • Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat kering sehabis hujan
  • Jalan akan mudah terputus (pavement erosions) bila air dibiarkan melintangi permukaan jalan
  • Jalan menjadi rusak bila air dibiarkan mengalirdi tengah jalan
  • Jalan menjadi bergelombang bila fondasi jalan tidak kering
    Pertimbangan yang paling sederhana dari masalah drainase adalah :

  • Jalan kawasan perbukitan diusahakan mengikuti punggung bukit karena jalan yang mengikuti punggung bukit tidak akan mengalami masalah drainase sebab air tidak perlu melintangi jalan.
  • Jalan yang dibuat pada lereng bukit harus ada galian dan timbunan, selokan pinggir jalan, talud, gorong-gorong dan bangunan pelengkap lainnya.
  • Jalan yang dibangun di lembah (cekungan) sebaiknya dihindari karena kemungkinan jalan tidak bisa dikeringkan.

 

Geometri Jalan

Jalan direncanakan untuk kecepatan 15 s.d. 20 km/jam, pandangan bebas harus memperhatikan keselamatan pemakai jalan yaitu :

  • Tikungan vertical dengan pandangan bebas 30 m
  • Tikungan horizontal dibuat dengan pandangan bebas 30 m
  • Jari-jari tikungan minimal 10 m dan untuk tikungan tajam perkerasan dibuat dengan pelebaran dan kemiringan melintang miring ke dalam.

 

Tempat Persimpangan

Pertimbangan yang harus diperhatikan adalah tempat menunggu kendaraan yang berjalan dari lain arah, tempat ini harus kelihatan dari tempat sebelumnya.

 

Tanjakan Jalan

  • Tanjakan diukur dengan rumus “jumlah meter naik per setiap seratus meter horizontal “ (10 m naik per 100 m horizontal sama dengan tanjakan 10 %)
  • Untuk peningkatan keselamatan dan penggunaan jalan, pilih trase jalan tanjakan yang tidak terlalu curam. Jika jalan menanjak terus, tanjakan maksimal dibatasi 7 %
  • Pada bagian pendek, tanjakan di batasi 20 %. Setelah 150 m, harus disediakan bagian datar atau menurun.

 

Tikungan pada Tanjakan Curam

Pada daerah perbukitan sering dijumpai pada jalan yang menanjak dengan kemiringan > 10%. Bila terdapat tikungan tajam didaerah tersebut jalan harus direncanakan sebagai berikut :

  • Perkerasan pada tikungan diperlebar menjadi > 4 m
  • Tikungan dibuat pada bagian datar untuk mempermudah perjalanan bagi yang naik atau turun
  • Perencanaan drainase jalan dibuat sedemikian hingga saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari jalan, dan saluran pada jalan bagian bawah dimulai dari luar bagian datar(sesudah tikungan)

 

Bentuk Badan Jalan

Penentuan bentuk badan jalan disarankan sebagai berikut :

  • Pada kondisi biasa badan jalan dibuat miring ke saluaran tepi dengan kemiringan badan jalan 4-5%.
  • Untuk daerah relatife datar, badan jalan dibuat seperti “punggung sapi” (lebih tinggi ± 6-8 cm di bagian tengah) dengan catatan bila punggung sapi sudah terlihat dengan mata telanjang berarti sudah cukup miring untuk drainase.
  • Pada tikungan jalan dibuat miring ke dalam dengan kemiringan maksimal 10% dan perlebaran perkerasan dibagian dalam tikungan demi keamanan dan kenyamanan.
  • ada jurang jalan dibuat miring ke arah bukit dan saluran, hal ini demi keselamatan dan drainase.


Bentuk Badan Jalan Di Daerah Curam

  • Badan jalan di daerah curam harus dibuat miring ke bukit dan saluran tepi jalan. 
  • Ukuran saluran minimum 50 cm dalam × 30 cm lebar, dengan bentuk trapesium. 
  • Kemiringan tebing maksimum 2 : 1, dengan galian/keprasan maksimal disarankan 4,00 meter. Timbunan maksimal 1,50 m.

Permukaan Jalan

Penentuan tebal lapisan batu belah disesuaikan dengan kebutuhan (jenis dan frekuensi lalu lintas) dan ketersediaan batu. Untuk tebal lapisan 15 cm digunakan batu belah/ pecah dengan ukuran 8/15, dan untuk ukuran batu 15/20 biasanya digunakan untuk lapisan dengan tebal 20 cm. Lapisan batu belah dapat diganti dengan lapisan sirtu (pasir & batu tebal 20 cm), terutama untuk daerah kesulitan batu dan mempunyai tanah dasar yang stabil. Batu belah/pecah harus bersifat keras dan minimal mempunyai tiga bidang pecah.

Petunjuk pelaksanaan untuk perkerasan jalan antara lain :

  • Tanah asli di bawah lapis pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat (mesin gilas, steamper, timbres) dengan kemiringan yang direncanakan untuk permukaan.
  • Lapisan podasi paling bawah adalah lapisan pasir yang berfungsi untuk memudahkan pemasangan batu permukaan dengan rapi dan rata.
  • Batu belah harus dipasang tegak lurus dengan as jalan (melintang), dengan ujung yang lebih runcing di atas agar bila terbebani tidak akan tembus lapisan pasir dasar, dan dikunci dengan batu kecil.
  • Lapisan paling atas berupa campuran pasir dengan tanah terpilih, atau dapat terbuat dari sirtu dan atau krosok dengan tebal 2 cm, yang kemudian dipadatkan dengan mesin gilas roda besi (tandem roller)

Bahu Jalan


Fungsi bahu jalan antara lain :

  • Pelindung permukaan jalan
  • Perantara antara aliran air hujan yang ada di permukaan jalan menuju saluran tepi.
  • Tempat pemberhentian sementara.

Persyaratan teknis bahu jalan sebagai berikut :

  • Dibuat disebelah kiri dan atau kanan sepanjang jalan, dengan lebar minimum 50 cm
  • Harus dibuat dengan kemiringan yang lebih miring dari permukaan jalan, biasanya 6-8 cm (sama dengan turun 3-4 cm per 50 m’)
  • Material penyusunnya seharusnya terdiri dari tanah yang dapat ditembusi air, sehingga pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses perembesan.
  • Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan.
  • Lebih baik bila ditanami rumput ditepi luar bahu, mulai 20 cm dari tepi yang berfungsi sebagai stabilisasi tepi jalan.
  • Penanaman pohon perdu di luar bahu (dan saluran bila ada) untuk membantu stabilitas timbunan baru.


Pemadatan Tanah

Tanah pada bagian galian tidak perlu dipadatkan lagi kecuali pernah mengalami gangguan yang mengakibatkan tanah menjadi kurang padat. Sebelum kegiatan pemasangan perkerasan jalan, semua daerah timbunan harus dipadatkan dengan mesin gilas, steamper, atau trimbisan. Pemadatan ini membantu menjaga stabilitas dan daya dukung / tahan badan jalan.

Proses pemadatan dilakukan pada kadar air tanah optimum yaitu tanah pada keadaan sedikit basah, tetapi kalau digenggam tidak ada air mengalir ke luar. Pelaksanaan pemadatan tanah dilakukan lapis demi lapis dengan setiap lapis mempunyai tebal maksimum 20 cm. Untuk daerah tempat tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan perkuatan, misalnya cerucuk atau stabilisasi.


Perlindungan Tebing

Cara yang digunakan untuk perlindungan tebing antara lain :

  • Saluran Diversi digunakan untuk menangkap air yang mengalir dari lereng di atas menuju tebing, agar air tidak terbuang melalui tebing. Isi saluran diversi harus dibuang ke tempat yang lebih aman. Bila aliran airnya cepat, saluran diversi harus dilindungi dengan pasangan batu, batu kosong, rumput atau terjunan seperti saluran lain. Saluran diversi digunakan terutama untuk tebing dengan puncak lereng masih jauh diatas tebing jalan.
  • Teras Bangku dapat dilakukan dengan syarat lahan dapat dikorbankan untuk membentuk teras dan jenis tanah dapat dibentuk dengan stabil. Teras dibuat sejajar dengan kontur (kemiringan maksimal 2%). Setiap 10 m panjang air diterjunkan dari saluran ke bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti bangunan terjun yang lain. Dimensi teras minimal adalah 50 cm lebar dan 1.00 m tinggi.
  • Talud Batu Kosong dapat disusun pada tebing, tetapi tebing harus dikepras agar tidak tegak lurus. Aliran air dipermukaan dialihkan dari talud batu kosong melalui saluran diversi.
  • Talud Pasangan Batu relative kuat, namun relatif mahal. Pasangan batu harus diberikan suling untuk membuang air tanah dari belakang tembok. Ujung dalam suling harus diberi saringan kecil dari ijuk. Pasangan batu harus dibuat dengan pondasi yang tidak akan bergerak, karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah pasangan batu disesuaikan dengan standar Bina Marga.
  • Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relatif lebih mahal. Agar posisi bronjong stabil dan tidak lari, pancangan diberikan pada tingkat bronjong yang paling bawah, dengan jarak pancang setiap 1 – 1½ m dan ukuran pancangan 12-15 cm. Dipancang sampai lapisan tanah keras. Kegunaan bronjong untuk menahan timbunan baru atau melindungi tebing dari aliran air.
  • Perlakuan Vegetatif adalah cara yang relatif efektif dan murah , yaitu dengan menanami tebing dengan berbagai jenis tanaman. 

Saluran Pinggir Jalan

Saluran yang berdekatan dengan bahu jalan diperlukan disebelah kanan dan kiri jalan, kecuali :

  • Jalan dibuat dipunggung bukit (bentuk Punggung Sapi)
  • Jalan dibuat dilereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah bawah
  • Badan jalan diurug lebih dari 50 cm

Untuk keadaan biasa dimensi saluran harus berukuran minimal 50 cm (dalam) dan 30 cm (lebar dasar), dengan lebar atas 50 cm (bentuk trapesium).

Syarat saluran pinggir jalan :

  • Saluran dibuat sejajar dengan jalan
  • Dasar saluran dibuat kemiringan yang rendah untuk menghindari erosi tanah dasar saluran/plesteran dasar, namun tidak datar.
  • Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah dibanding lapisan pasir dibawah pondasi jalan untuk proses perembesan dan pengeringan pondasi jalan.
  • Untuk saluran yang mudah erosi, perlindungan terdiri dari perkuatan talud dan dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Jenis perlidungan saluran antara lain dengan menggunakan rumput (gebalan), turap, batu kosong, atau pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang peka erosi.

Pertimbangan untuk pemilihan tipe perlindungan saluran pinggir adalah :

  • Kemiringan saluran dan kecepatan air
  • Jenis tanah
  • Perubahan arah aliran pada belokan
  • Debit air.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar